Categories: TECH

3 Kerugian Membeli Smartphone Entry-level

Seperti yang kita tahu, pasar smartphone terbagi menjadi tiga segmentasi. Paling atas adalah segmen untuk pasar smartphone flagship. Di bawahnya ada pasar smartphone kelas menengah dan yang paling bawah adalah pasar smartphone entry-level atau kelas bawah.

Pasar smartphone flagship biasanya akan dikuasai oleh perangkat yang dijual dengan harga mahal, yakni minimal dibanderol seharga Rp7 jutaan. Terbilang wajar karena biasanya smartphone-smartphone yang berada di kelas flagship akan dipenuhi dengan fitur dan teknologi canggih.

Sementara smartphone yang berada di kelas menengah alias mid-range akan dijual dengan harga relatif terjangkau, namun tidak bisa disebut murah juga. Lalu segmen terakhir, yakni entry-level akan disesaki dengan smartphone-smartphone yang dibanderol dengan harga murah.

Memiliki harga yang bersahabat menjadi alasan utama mengapa smartphone-smartphone yang berada di segmen entry-level bisa laku bak kacang rebus di pasar malam. Beberapa orang memang enggan merogoh koceknya lebih dalam untuk membeli sebuah smartphone, dengan alasan “hemat”.

Sangat wajar jika beberapa orang berpikir demikian dan tidak bisa disalahkan juga. Akan tetapi, membeli smartphone entry-level yang murah meriah nyatanya juga membawa kerugian tersediri. Nah! 3 hal ini akan menunjukkan letak kerugiannya. Baca hingga selesai!

Smartphone entry-level minim teknologi

Saat ini teknologi smartphone melesat begitu cepat. Bisa dibilang, teknologi yang ada di industri smartphone bergerak begitu cepat dibandingkan dengan industri gadget lainnya. Saking cepatnya, hampir setiap tahun kita selalu disajikan smartphone baru yang datang dengan fitur dan teknologi yang juga baru.

Hanya saja, fitur dan teknologi terbaru ini biasanya ditemukan di smartphone flagship dan mid-range. Sedangkan smartphone yang masuk ke dalam kelas entry-level atau kelas bawah biasanya akan datang dengan fitur yang pas-pasan.

Meski begitu, kita harus mengakui bahwa smartphone entry-level memang dikembangkan dengan ongkos produksi yang murah. Dan biasanya, smartphone entry-level juga datang dengan fitur standar guna memenuhi kebutuhan pengguna sehari-hari, seperti untuk medsos, browsing, dan chating.

Kita pun tidak bisa berharap banyak dengan komponen dan modul hardware yang ditanam ke dalam smartphone entry-level. Kebanyakan, smartphone-smartphone seperti ini juga dilengkapi dengan modul hardware yang kinerjanya kalah jauh dengan smartphone flagship dan mid-range.

Desain dan material yang dipakai kurang menarik

Saat ini kebanyakan smartphone kelas atas datang dengan desain yang sedap dipandang mata. Tak hanya itu, sejumlah pabrikan juga mulai berani untuk mengemas smartphone buatannya dengan warna-warna yang kinclong. Hal ini pun mulai merambah ke kelas menengah.

Namun jangan berharap banyak dengan desain yang sedap dipandang mata akan menyambangi smartphone entry-level. Seperti yang kita tahu, tak sedikit juga smartphone entry-level dikemas dengan material “murahan”, seperti plastik polikarbonat.

Plastik sebenarnya merupakan bahan yang tidak mudah tergores ataupun pecah. Namun ketika bersentuhan dengan tangan, kesan pertama yang akan kita rasakan adalah enteng dan ringkih. Tidak hanya itu, secara tampilan bahan plastik terlihat biasa-biasa saja, tak ada kesan istimewa.

Berbanding terbalik dengan smartphone flagship atau kelas menengah, perangkat yang ada di dalam kelas ini datang dengan material yang lebih solid, seperti metal atau logam lainnya. Tak hanya itu, smartphone tersebut juga bisa dipercantik dengan lapisan kaca super kuat.

Siklus ganti smartphone jadi lebih cepat

Membeli smartphone entry-level karena ingin berhemat? Rasanya tidak juga! Seperti yang sudah disinggung di atas, smartphone entry-level hanya dibekali teknologi dan hardware kelas bawah. Nah! Terkait dengan hal ini, tentu saja hardware yang terpasang tidak segegas hardware kelas atas.

Apa artinya? Hardware yang terpasang tidak dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, setiap aplikasi yang ada juga terus mengalami pembaruan. Oleh karena itu, dibutuhkan juga dukungan hardware yang lebih baru.

Ya! Dari sini kita jadi bisa tahu bahwa siklus hardware yang ada di dalam smartphone entry-level memiliki umur yang bisa dibilang sangat pendek. Berbeda dengan smartphone flagship atau kelas menengah yang biasanya memiliki dukungan hardware untuk waktu yang lebih lama.

Bahkan mirisnya, akan tiba masanya dimana smartphone entry-level tidak mendapatkan pembaharuan sistem operasi karena hardware tidak memenuhi standart requirement. Dengan demikian, mau tidak mau kita dipaksa untuk “upgrade” alias beli smartphone baru agar dapat menikmati fitur-fitur yang baru juga.

Rosli Ab Rahman